Alkisah seorang petani yang bijaksanan yang tinggal disebuah pegunungan yang rindang, Petani tersebut dikenal luas sebagai seorang yang bijaksana hingga pada suatu ketika datang seorang lelaki muda yang dari tempat yang jauh untuk menemui petani tersebut.
Pemuda tersebut menemui petani yang sederhana itu dan ia meminta pemecahan atas masalah yang dia alaminya. Pemuda tersebut menceritakan bahwa dirinya mudah sekali marah. ia tidak bisa meredam setiap hal yang memicu kemarahanya.
Sang petani bijak pun memmerikan sebuah cara untuk menghilangkan kemarahnya yaiutu dengan berjalan maju 7 langkah lalu mundur 7 langkah dan menarik nafas dalam-dalam sebanyak 3 hembusan.
Sang pemuda itu pun tidak begitu yakin dengan masukan yang diberikan oleh petani bijak tersebut. Berpamitan pulang dan berterima kasih pada orang bijak tersebut, seskipun tidak yakin selama perjalanan sang pemuda pun berfikir tidak ada salahnya ia mengikuti saran sang petani bijak.
sampai malam tiba pemuda tersebut sampai dirumahnya, semua lampu rumah sudah padam.
tidak mau membangunkan istrinya ia pun masuk dari pintu belakang rumah. namun ketika akan membuka kunci ia melihat sepatu seorang lelaki dan puntung rokok yang bukan miliknya, terbakar amarahnya, sang pemuda itu pun mengambil sebilah belati dan ia akan menghabisi istrinya yang sedang tidur dengan seseorang. Ketika akan melakukan hal tersebut ia ingat dengan kata-kata petani bijak itu. Lalu ia pun maju 7 langkah lalu mundur 7 langkah dan menghela nafas dalam-dalam sebanyak 3 kali. Ia pun menyalakan lampu kamar terlihat ibunya sedang menemani tidur istrinya dan ayah lelaki itu tidur di ruang tamu.
Sang pemuda pun kaget dan skaligus ia bersyukur, seandainya saja ia tidak bisa memendam amarah, maka istri dan ibunya akan menjadi korba amarahnya.
Sering kali kita tidak bisa menahan marah,atau rasa kesal, padahal yang kita marahkanbelum tentu benar, bahkan justru kemarahan itu yang membentuk permasalahan yang kita hadapi.