suatu hari di sebuah dompet bertemulah pecahan uang 1000 dan 100.000, dan mereka pada waktu itu di cetak dan diluncurkan pada hari yang sama. ketika itu terjadi pembicaraan pada keduanya.Dengan membandingkn keadaannya yang rapi dan masih bagus uang 100.000 bertanya pada uang 1000. "1000 kenapa tubuh kamu kucel dan kotor sekali kemana saja kamu selama ini? ". uang seribu pun balik bertany pada uang 100.000 "juatru aku ingin tahu kamu kemanasaja hingga kamu masih rapi dan bersih" uang 100.000 pun menjawab "aku singgah dari bank, ke kasino, hotel, bar, supermarket, dan beberapa tempat bagus lainya, bagaimana dengan kamu uang 1000?", "keluar dari bang aku paling sering masuk ke kotak amal, ditanmgan pengemis, tukang parkir pasar dan tidak perna singgah di tempat bagus sepertimu"
Uang 100.000 pun dia terdiam, lalu berkata pada pada uang 1000 "aku iri pada mu uang 1000, karena kamu telah menjadi perantara kebaikan dan aku lebih sering digunakan untuk berfoya-foya dan perbuatan maksiat. "uang 1000, itulah manusia dia lebih iklas menggunakan pecahan kecil seperti ku untuk berbuat baik, namun pecahan besar sepertimu membuat mereka lupa akan Tuhan"
Pelajaran dari cerita itu, untuk kebaikan kita selalu berhitung, namun untuk hal yang berlebihan bahkan perbuatan maksiat kita mau mengeluarkan banyak uang. Iklas bukan berarti seberapa nilai yang bisa kita beri pada orang lain. Namun seberapa besar kita Berani korbankan harta kita untuk orang yang membutuhkan. Giving atau sedekah merupakan tantangan bagi kita untuk menguji seberapa iklas kita untuk menolong orang lain.